Sabtu, 26 Agustus 2017

Kawan dan Kamera Terbaik

Semakin dewasa dan menua biasanya kawan bermain seperti masa kanak-kanak akan jauh berkurang kuantitas dan intensitasnya. Tentu saja menjadi hal yang normal tatkala dunia dewasa kian dipenuhi banyak urusan, keluarga dan kerja salah dua yang utama. Terlebih yang tinggal di kota besar seperti Jakarta yang membuat jarak menjadi jauh karena waktu tempuh.

Saat belajar hingga bangku kuliah kita bisa runtang-runtung keluyuran kesono-kemari berjamaah. Teringat dulu saya dan beberapa kawan biasa berhujan-hujan dan nyolong mangga di pinggir jalan yang terlewati. Hiburan di sela tugas kuliah yang mblengeri; salah duanya adalah sketsa dan gambar bentuk.

Kini kontak dengan kawan lama dari SD hingga kuliah terhubung lewat media sosial dan group WA. Kebanyakan jadi perbincangan basa-basi dan ramai saat akan ada kopdar atau reunian. Banyak yang tergabung tapi hanya segelintir orang, itu-itu saja, yang bercuit. Bahkan ada yang itu-itu saja postingannya: ajakan sholat Shubuh berjamaah. Sungguh konsistensi yang luar biasa dan tentu bagus. Membuat kompetisi untuk saling mendahului membangunkan dan mengingatkan. ☺

Ada lagi yang tak pernah kehabisan bahan renungan. Kiriman ke group selalu diawali dengan “renungan pagi/siang/malam” tergantung waktu. Kadang diselingi renungan petang, sudah seperti nama acara berita di stasiun televisi. Mari merenungi diri sepanjang waktu.

Soal kecepatan viralnya peristiwa, group WA berani diadu dengan breakingnews portal media. Lengkap dengan video laporan langsung dari tempat kejadian. Bahkan keberanian mendekati peristiwa pun tak kalah militan dibanding reporter televisi. Mereka ini terlatih langsung di lapangan tanpa banyak teori reportase di dalam kelas jurnalistik. Jangan lupakan juga gelindingan bola salju hoax yang juga menyertai di satu sisi.

Akhirnya, pada praktiknya, beberapa group WA disunyikan. Tergabung karena “jiwa korsa” dan tentu sungkan jika “left” karena dianggap mengkhianatinya dan beresiko diculik.

Kamera terbaik adalah yang ada di tanganmu.
Baik dari membeli atau meminjam.
Syukur-syukur awalnya diminta nyobain dengan gratis. 
Kawan yang kemudian terseleksi dan masih terus runtang-runtung ya itu-itu saja, walau sesekali ada figuran yang nimbrung. Yang masih saling bantu saat pameran, menengok saat salah satu “anggota” melahirkan, dan diskusi beragam hal dari tanaman hingga video 4K (bukan 3gp lagi).


Di balik itu semua ada kawan saling pijit dan kero’an terbaik, sekaligus kawan keluyuran terbaik, kawan berduka terbaik dan kawan nonton terbaik, bahkan untuk film yang ia kurang suka. Serba terbaik. Ada satu lagi yang khusus untuk saya: ia juga kawan beli kamera terbaik, karena doi menteri keuangannya. Hehehe..terima kasih selalu ya Neng..☺

1 komentar: