Semakin dewasa dan menua biasanya kawan bermain seperti masa
kanak-kanak akan jauh berkurang kuantitas dan intensitasnya. Tentu saja menjadi
hal yang normal tatkala dunia dewasa kian dipenuhi banyak urusan, keluarga dan kerja
salah dua yang utama. Terlebih yang tinggal di kota besar seperti Jakarta yang membuat
jarak menjadi jauh karena waktu tempuh.
Saat belajar hingga bangku kuliah kita bisa runtang-runtung keluyuran kesono-kemari berjamaah. Teringat dulu
saya dan beberapa kawan biasa berhujan-hujan dan nyolong mangga di pinggir jalan yang terlewati. Hiburan di sela
tugas kuliah yang mblengeri; salah duanya adalah sketsa dan gambar bentuk.
Kini kontak dengan kawan lama dari SD hingga kuliah
terhubung lewat media sosial dan group WA. Kebanyakan jadi perbincangan
basa-basi dan ramai saat akan ada kopdar atau reunian. Banyak yang tergabung
tapi hanya segelintir orang, itu-itu saja, yang bercuit. Bahkan ada yang
itu-itu saja postingannya: ajakan sholat Shubuh berjamaah. Sungguh konsistensi
yang luar biasa dan tentu bagus. Membuat kompetisi untuk saling mendahului
membangunkan dan mengingatkan. ☺
Ada lagi yang tak pernah kehabisan bahan renungan. Kiriman ke
group selalu diawali dengan “renungan pagi/siang/malam” tergantung waktu.
Kadang diselingi renungan petang, sudah seperti nama acara berita di stasiun
televisi. Mari merenungi diri sepanjang waktu.
Soal kecepatan viralnya peristiwa, group WA berani diadu
dengan breakingnews portal media. Lengkap
dengan video laporan langsung dari tempat kejadian. Bahkan keberanian mendekati
peristiwa pun tak kalah militan dibanding reporter televisi. Mereka ini
terlatih langsung di lapangan tanpa banyak teori reportase di dalam kelas
jurnalistik. Jangan lupakan juga gelindingan bola salju hoax yang juga menyertai
di satu sisi.
Akhirnya, pada praktiknya, beberapa group WA disunyikan. Tergabung
karena “jiwa korsa” dan tentu sungkan jika “left” karena dianggap mengkhianatinya dan beresiko diculik.
Kamera terbaik adalah yang ada di tanganmu.
Baik dari membeli atau meminjam.
Syukur-syukur awalnya diminta nyobain dengan gratis.
|
Kawan yang kemudian terseleksi dan masih terus runtang-runtung ya itu-itu saja, walau
sesekali ada figuran yang nimbrung. Yang masih saling bantu saat pameran, menengok
saat salah satu “anggota” melahirkan, dan diskusi beragam hal dari tanaman
hingga video 4K (bukan 3gp lagi).
Di balik itu semua ada kawan saling pijit dan kero’an
terbaik, sekaligus kawan keluyuran terbaik, kawan berduka terbaik dan kawan
nonton terbaik, bahkan untuk film yang ia kurang suka. Serba terbaik. Ada satu lagi
yang khusus untuk saya: ia juga kawan beli kamera terbaik, karena doi menteri
keuangannya. Hehehe..terima kasih selalu ya Neng..☺
Keren bro tulisannya
BalasHapus